3/19/2012

TEORI PRODUKSI DALAM ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
Jika mengingat ungkapan kapitalis “resource limited, needs unlimited”, dengan mudah Islam dapat membantahnya. Tidak ada yang dapat mengelak dari bantahan itu karena sang Kholiq pembantahnya. Sebagaimana yang Dia firmankan bahwa selama ada makhluk Allah yang hidup di bumi-Nya, maka Dia akan memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan terbatas yang harus kita penuhi, makan secukupnya, minum secukupnya, memakai pakaian secukupnya, dan lain sebagainya. Hingga berubahlah teori itu menurut Islam “resource unlimited, needs limited”.

Membahas satu langkah ke belakang lagi, tentang  teori konvensional. Baik kapitalis yang hanya sekedar memuaskan self interest dan condong  materialistis, ataupun sosialis yang tidak ada toleransi dan pengakuan hak milik. Baik dalam teori konsumsi maupun teori produksi dijelaskan tentang perilaku konsumen dan produsen dalam memaksimumkan keuntungannya maupum mengoptimalkan efisiensi produksinya. Keduanya hanya mementingkan kepentingan satu pihak saja tanpa memikirkan pihak yang lain, entah mereka dirugikan atau merasa diuntungkan.
Sangat berbeda dengan teori dalam Islam. Dalam Islam, keberhasilan sebuah sistem ekonomi tidak hanya disandarkan pada segala sesuatu yang bersifat materi saja, tapi bagaimana agar setiap aktifitas ekonomi termasuk produksi, bisa menerapkan nilai-nilai, norma, etika, atau dengan kata lain adalah akhlak yang baik dalam berproduksi. Sehingga tujuan kemaslahatan umum bisa tercapai dengan aktifitas produksi yang sempurna. Dengan kata lain tidak ada yang mendzalimi dan marasa didzalimi dalam hal ini.
Dalam bab selanjutnya, akan dipaparkan lebih lanjut tentang beberapa faktor yang diperlukan produsen untuk dapat melakukan kegiatan produksi, agar kegiatan tersebut terlaksana dengan baik, memiliki managemen yang tertata rapi, sehingga dapat   menggandeng beberapa tujuan. Diantaranya, memenuhi kebutuhan pribadi, memenuhi kebutuhan masyarakat, keperluan masa depan, keperluan generasi yang akan datang, maupun keperluan sosial.
 
 BAB II
PEMBAHASAN
A.  PENGERTIAN PRODUKSI
Mannan menyatakan bahwa system produksi dalam Islam harus dikendaikan oleh kriteria objektif maupun subjektif; kriteria yang objektif akan tercermin dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi uang, dan kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi etika ekonomi yang didasarkan atas perintah-perintah kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah. Jadi dalam Islam, keberhasilan sebuah system ekonomi tidak hanya disandarkan pada segala sesuatu yang bersifat materi saja, tapi bagaimana agar setiap aktifitas ekonomi termasuk produksi, bisa menerapkan nilai-nilai, norma, etika, atau dengan kata lain adalah akhlak yang baik dalam berproduksi. Sehingga tujuan kemaslahatan umum bisa tercapai dengan aktifitas produksi yang sempurna.
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padangan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir al-intaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).  Pandangan Rawwas di atas mewakili beberapa definisi yang ditawarkan oleh pemikir ekonomi lainnya. Hal senada juga diutarakan oleh Dr. Abdurrahman Yusro Ahmad dalam bukunbya Muqaddimah fi ‘Ilm al-Iqtishad al-Islamiy. Abdurrahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalam melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang diambil dari hasil produksi tersebut.  Produksi dalam pandangannya harus mengacu pada nilai utility dan masih dalam bingkai nilai ‘halal’ serta tidak membahayakan bagi diri seseorang ataupun sekelompok masyarakat. Dalam hal ini, Abdurrahman merefleksi pemikirannya dengan mengacu pada QS. Al-Baqarah [2]: 219 yang menjelaskan tentang pertanyaan dari manfaat memakai (memproduksi) khamr. Lain halnya dengan Taqiyuddin an-Nabhani, dalam mengantarkan pemahaman tentang ‘produksi’, ia lebih suka memakai kata  istishna’ untuk mengartikan ‘produksi’ dalam bahasa Arab. An-Nabhani dalam bukunya an-Nidzam al-Iqtishadi fi al-Islam me-mahami produksi itu sebagai sesuatu yang mubah dan jelas berdasarkan as-Sunnah.  Sebab, Rasulullah Saw pernah membuat cincin. Diriwayatkan dari Anas yang mengatakan “Nabi Saw telah membuat cincin.” (HR. Imam Bukhari). Dari Ibnu Mas’ud: “Bahwa Nabi Saw. telah membuat cincin yang terbuat dari emas.” (HR. Imam Bukhari). Beliau juga pernah membuat mimbar. Dari Sahal berkata: “Rasulullah Saw telah mengutus kepada seorang wanita, (kata beliau): Perintahkan anakmu si tukang kayu itu untuk membuatkan sandaran tempat dudukku, sehingga aku bisa duduk di atsnya.” (HR. Imam Bukhari). Pada masa Rasulullah, orang-orang biasa memproduksi barang, dan beliau pun mendiamkan aktifitas mereka. Sehingga diamnya beliau menunjukkan adanya pengakuan (taqrir) beliau terhadap aktifitas berproduksi mereka. Status (taqrir) dan perbuatan Rasul itu sama dengan sabda beliau, artinya sama merupakan dalil syara’.
Adapun aspek produksi yang berorientasi pada jangka panjang adalah sebuah paradigma berfikir yang didasarkan pada ajaran Islam yang melihat bahwa proses produksi dapat menjangkau makna yang lebih luas, tidak hanya pencapaian aspek yang bersifat materi-keduniaan tetapi sampai menembus batas cakrawala yang bersifat ruhani-keakheratan.
Pentingnya melakukan produksi adalah sebagai berikut :
Produksi mempunyi peranan penting dalam peekonomian karena produksi menentukan kemakmuran suatu bangsa dan taraf hidup manusia. Al Qur’an telah meletakkan landasan yang jelas tentang produksi. Salah satu diantaranya adalah diperinytahkannya bekerja keras dalam mencari kehidupanagar tidak mengalami kegagalan atau tertinggal dalam berjuag demi kelangsungan hidupnya.
Allah telah menganugerahkan alam semesta untuk kesejahteraan manusia. Sebagai khalifah di Bumi Manusia diberikan kebebasan dalam mengelola kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk memperbaiki keadaan ekonomi individu dan masyarakat manusia, dalam mengelola kekayaan telah diberikan batasan yang jelas dalam nilai-nilai ajaran Islam.
Aktivitas kerja manusia dalam melakukan produksi yang merupakan sebagai dasar berjalannya roda perekonomian. Dengan melakukan produksi sendi perekonomian akan tetapa berjalan yaitu tetap adanya mata pencaharian yang beruntut pada sektor distribusi dan konsumsi dalam Ekonomi. Sehingga kebutuhan dari manusia akan tetap berjhalan yaitu terpenuhinya kebutuhan primer yaitu melakukan konsumsi barang.

B.   AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG PRODUKSI
a.       Q.S An-Nahl : 65 – 69
 
“Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). (65) Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (66) Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.(67) Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",(68) Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.(69) { Q.S An-Nahl : 65 – 69}

b.      Q. S. An-Nahl  80-81
Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).(80) Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).(81) {Q.S An-Nahl : 80 – 81}

c. Q.S Hud : 37
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. {Q.S Huud: 37}


 Tafsir

a. Q.S An-Nahl: 65-69
Menurut Ahmad Mushtafa Al-Maroghi dalam tafsir Al-Maroghi, dalam ayat-ayat ini Allah menyajikan beberapa dalil tauhid, mengingat ia merupakan poros segala permasalahan di dalam agama Islam dan seluruh agama samawi. Maka diterangkan bahwa Dia telah menurunkan hujan dari langit agar dengan hujan itu bumi yang tadinya mati menjadi hidup, kemudian mengeluarkan susu dari binatang ternak, menjadikan khamar,cuka dan manisan dari anggur dan buah kurma, serta mengeluarkan madu dari lebah yang di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Seiring dengan penjelasan itu, Allah menjelaskan bahwa Dia mengilhamkan kepada lebah agar membuat sarang dan mencari rezekinya dari segala penjuru bumi.
 b. Q.S An-Nahl: 80-81
Menurut Ahmad Mushtafa Al-Maroghi dalam tafsir Al-Maroghi, menafsirkan ayat-ayat ini bahwa Allah telah menyebutkan nikmat-nikmat yang Dia limpahkan kepada para hamba-Nya. Dimulai dengan nikmat yang dikhususkan bagi orang-orang yang bermukim, dengan Firman-Nya : “menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal” kemudian nikmat yang dikhususkan bagi para musafir yang mampu mendirikan kemah, dengan Firman-Nya : “menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak”. Kemudian bagi orang yang tidak mampu melakukan hal itu, tidak pula mempunyai naungan selain daripada tempat bernaung, dengan Firman-Nya : “menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan” . selanjutkan menyebutkan nikmat yang dibutuhkan oleh setiap orang, dengan Friman-Nya: “dan Dia jadikan bagimu pakaian”. Lalu, menyebutkan apa yang diperlukan di dalam peperangan, dengan Firman-Nya: “dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan”.


c. Q.S Huud: 37
Menurut Ahmad Mushtafa Al-Maroghi dalam tafsir Al-Maroghi, menafsirkan ayat ini bahwa Allah memerintah Nuh untuk membuat sebuah kapal yang akan menyelamatkan kamu bersama orang yang beriman yang ikut naik kapal itu, sedang kamu akan dipelihara dan diawasi dengan perhatian Kami. Maksudnya, sesungguhnya Kami menjagamu pada setiap saat, sehingga taka nada seorang pun yang menghalangimu dari pemeliharaan Kami, dan Kami member ilham dan mengajarimu dengan wahyu Kami, sebagaimana cara kamu membuat kapal. Sehingga, kamu takkan salah dalam membuatnya, termasuk sifat kapal itu. Serupa dengan ayat tersebut, ialah Firman Allah kepada Musa: “Dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku” (Q.S Thaha: 39).

C.  HADIST-HADIST TENTANG PRODUKSI
Umar Radhiallahu Anhu menilai kegiatan produksi sebagai salah satu bentuk jihad fisabilillah. Dalam hal ini beliau mengatakan, “ Tidaklah Allah SWT menciptakan kematian yang aku meninggal dengannya setelah terbunuh dalam jihad fisabilillah yang lebih aku cintai daripada aku meninggal di antara dua kaki untaku ketika berjalan di muka bumi dalam mencari sebagian karunia Allah SWT.” (Ibnu Abi Ad- Dunya, op, cit, hlm. 241). Sesungguhnya penilaian bahwa produktifitas sebagai salah satu bentuk jihad fisabilillah dikuatkan hadist yang diriwayatkan Anas bin Malik Radhiallahu Anhu. Ia berkata, “ Kami berperang bersama Rasulullah Saw. Di Tabuk, lalu melintas di depan kami seorang pemuda yang gesit membawa hasil kerjanya, maka kami berkata, ‘ Alangkah bila pemuda itu berjihad dalam perang fisabilillah, maka ia akan mendapatkan yang lebih baik daripada hasil kerjanya itu.’ Akhirnya pembicaraan kami sampai kepada Rasulullah Saw, maka beliau berkata, ‘ Apa yang telah kalian katakan?’ kami menjawab, ‘ Demikian, dan demikian, ‘ Maka beliau berkata, ‘Ketahuilah, bahwa bila dia bekerja untuk kedua orangtuanya atau salah satu dari keduanya, maka dia berjuang di jalan Allah. Jika dia bekerja untuk mencukupi keluarganya, Maka dia berjuang di jalan Allah. Dan, jika dia bekerja untuk mencukupi dirinya, maka dia berjuang di jalan Allah.” (Hadist ini dikeluarkan oleh Al- Mundziri).
Hadist ini menjelaskan keutamaan produksi, baik yang memanfaatkan dirinya sendiri atau orang lain.

Umar Radiallahu Anhu berpendapat bahwasannya melakukan aktifitas produksi lebih baik daripada mengkhusukan waktu pada ibadah- ibadah sunnah, dan mengandalkan manusia dalam mencukupi kebutuhannya. Diantara bukti hal itu adalah riwayat yang mengatakan, bahwa “Umar Radhiallahu Anhu melihat tiga orang di mesjid tekun beribadah, maka beliau bertanya kepada salah satu di antara mereka, “ Dari mana kamu makan?’ Ia menjawab, ‘ Aku adalah hama Allah, dan Dia mendatangkan kepadaku rizkiku bagaimana Dia menghendaki.’ Lalu Umar meninggalkannya, dan menuju kepada orang yang kedua seraya menanyakan hal yang sama. Maka dia memberitahukan kepada umar dengan mengatakan, “ Aku memiliki saudara yang mencari kayu di gunung untuk dijual, lalu dia makan sebagian dari hasilnya, dan dia datang kepadaku memenuhi kebutuhanku.’ Maka Umar berkata, ‘ Saudara kamu lebih beribadah daripada kamu.’ Kemudian Umar mendatangi orang yang ketiga seraya bertanya tentang hal yang sama. Ia menjawab, ‘ Manusia melihatku, lalu mereka datang kepadaku dengan sesuatu yang mencukupiku.’ Maka Umar memukulnya dengan tongkatnya dan berkata kepadanya, ‘ Keluarlah kamu ke Pasar,’ atau ucapan yang seperti itu.’ ( Ibnu Al- Haj, Al- Madkhal (4:464))

D. MOTIF PRODUKSI
Menurut nejatullah sebagaimana di kutip kahf ada lima tujuan produksi dalam islam yaitu:
a.       Memenuhi kebutuhan pribadi secara wajar
Tujuan ini tidak dimaksudkan untuk menumbuhkan sikap self interest karena yang menjadi konsep dasarnya adalah pemenuhan kebutuhan secara wajar, tidak berlebihan tetapi tidak kurang. Terdapat  dua implikasi pada kebutuhani ini.pertama, produsen hanya menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan bukan keinginan dari konsumen. Kedua, kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar.  Pemenuhan keperluan secara wajar juga tidak berarti produksi hanya untuk mencukupi diri sendiri, lebih baik jika produksi melebihi keperluan pribadi, sehingga bisa dimanfaatkan oleh orang lain.
b.      Memenuhi kebutuhan masyarakat
Tujuan ini berarti bahwa produsen harus proaktif dalam menyediakan komoditi-komoditi yang menjadi kebutuhan masyarakat, dan terus menerus berupayaa memberikan produk terbaik, sehingga terjadi peningkatan  dalam kuantitas dan kualitas barang yang dihasilkan.
c.       Keperluan masa depan
Berorientasi ke masa depan berarti produsen harus terus menerus berupaya meningkatkan kualitas barang yang dihasilkan melalui serangkaian proses riset dan pengembangan dan berkreasi untuk menciptakan barang-barang baru yang lebih menarik dan diminati masyarakat.
d.      Keperluan generasi yang akan datang
islam menganjurkan umatnya untuk memperhatikan keperlan generasi yang akan datang. Produksi dilakukan tidak boleh mengganggu keberlanjutan hidup generasi yang akan datang, pemanfaatan input di masa sekarang tidak boleh menyebabkan generasi yang akan datang kesulitan dalam mengakses sumber tersebut, produksi yang dilakukan saat ini memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan produksi di masa depan. Jadi, ada semacam inter  and intra generation equity (keseimbangan antara generasi sekarang dan generasi yang akan datang).
e.       Keperluan sosial dan infak di jalan Allah
Ini merupakan insentif utama bagi produsen untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinngi, yaitu memenuhui tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Walaupun keperluan pribadi, masyarakat, keperluan generasi sekarang dan generasi yang akan datang telah terpenuhi, produsen tidak harus bermalas-maasan dan berhenti berinovasi. Tetapi sebaliknya, produsen harus memproduksi lebih banyak lagi supaya dapat diberikan kepada masyarakat dalam bentuk zakat, sedekah, infak, dan lain sebagainya.

E.   FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

Faktor-faktor dalam produksi yaitu :

a) Tanah
Pengertian tanah mengandung arti yang luas termasuk sumber semua yang kita peroleh dari udara, laut, gunung dan sebagainya, sampai dengan keadan geografi, angina dan iklim terkandung dalam tanah. Al Qu’an menggunakan kata tanah dengan maksud ayang berbeda. Manusia diingatkan akan sumber kekyaan untuk dipergunakan . manusia boleh menggunakan sumber yang tersembunyi dan potensi untuk memuaska kehendak yang tidak terbatas.
Islam telah mengakui tanah sebagai factor produksi tetapi tidak setepat digunakan dalam arti sama yang digunakan di zaman modern.tanah boleh digunakan dalam rangka memaksimalkan kesejahteraan masyarakat sebagai prinsip dasar Ekonomi Islam

b) Tenaga kerja
Dalm islam tenaga kerja bukan hanya suatu jumlah usaha atau jasa yang abstrakyang ditawarkan untuk dijual pada pencari tenaga kerja manusia. Mereka yang memperkerjakan buruh punya tanggung jawab moral dan social.

c) Modal
Modal meupakan asset yang digunakan untuk membantu distibusi asset berikutnya. Menurut Thomas, miilik individu dan Negara yang digunakan dalam menghasilkan asset berikutnya selain tanah dan modal. Modal dapat memberikan kepuasan pribadi dan membantu menghasilkan kekeyaan.

d) Organisasi
Oraganisasi memrankan peranan penting dan dianggap sebagai factor produksi yang paling penting. Dalam organisasi tentu ada yang menjalankan dan dalam bisnis yaitu seorang usahawan. Bisnis tidak akan berjalan tanpa adanya usahawan dalam sebuah organisasi. Dengan adanya usahawan proses perencanaan, pengorganisasin, pengktualisasian dan proses evaluasi akan berjalan dalam bisnis.




F.   BIAYA PRODUKSI
Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh factor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut. Untuk analisis biaya produksi perlu diperhatikan dua jangka waktu, yaitu
(1)  jangka panjang, yaitu jangka waktu di mana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan
(2) jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi dapat berubah dan sebagian lainnya tidak dapat berubah. Dalam bab ini hanya dibahas biaya produksi jangka pendek
Biaya produksi dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu
(1) Biaya tetap (fixed cost)
(2) Biaya variabel (variable cost).
Dalam analisis biaya produksi perlu memperhatikan
(1)   biaya produksi rata-rata : yang meliputi biaya produksi total rata-rata ,biaya produksi tetap rata-rata, dan biaya variabel rata-rata ; dan
(2)   biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk menambah satu unit produksi. 
Jadi, dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan tingkat output, biaya produksi dapat dibagi ke dalam:
(1) Biaya Total ( Total Cost = TC) . Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi.
TC = TFC + TVC
Dimana TFC = total fixed cost; dan TVC = total variable cost.
(2) Biaya Tetap Total (total fixed cost = TFC). Biaya tetap total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah jumlahnya. Sebagai contoh : biaya pembelian mesin, membangun bangunan pabrik, membangun prasarana jalan menuju pabrik, dan sebagainya.
(1) Biaya Variabel Total (total variable cost = TVC). Biaya variabel total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel. Contoh biaya variabel : upah tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku, pembelian bahan bakar mesin, dan sebagainya.
(2) Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC). Biaya tetap rata- rata adalah biaya tetap total dibagi dengan jumlah produksi.TFC
AFC = ------- ( di mana Q = tingkat output)Q
(3) Biaya Variabel Rata-Rata ( Average Variable Cost = AVC). Biaya variabel rata-rata  dalah biaya variabel total dibagi dengan jumlah produksi.TVC
AVC = --------Q
(4) Biaya Total Rata-Rata ( Average Total Cost = AC). Biaya total rata-rata adalah biaya total dibagi dengan jumlah produksi.T C
AC = --------- atau AC = AFC + AVC.
 (5) Biaya Marginal ( Marginal Cost =MC). Biaya marginal adalah tambahan biayaproduksi yang digunakan untuk menambah produksi satu unit.
DTC
MC = ---------DQ

 Penerimaan (Revenue)
Penerimaan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Terdapat tiga konsep penting tentang revenue yang perlu diperhatikan untuk analisis perilaku produsen.
 (1) Total Revenue (TR), yaitu total penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Jadi, TR = Pq Q, dimana Pq = harga output per unit; Q = jumlah output.
(2) Average Revenue (AR), yaitu penerimaan produsen per unit output yang dijual.
(3)   Marginal Revenue (MR), kenaikan TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit output.


BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas bahwa dalam melakukan kegiatan produksi banyak faktor yang harus diperhatikan. Berbeda antara ilmu ekonomi kapitalis, sosialis, dan ekonomi islam dalam mendefinisikan produksi, tujuan, dan faktor-faktor produksi tersenut.

Pemenuhan terhadap kebutuhan individu merupakan analisa penting yang digunakan para ekonom kapitalis untuk mendefinisikan lebih lanjut dalam hal produksi, dan sebaliknya bagi kaum sosialis. Berbeda diantara keduanya, islam telah memberikan ruang yang berbeda dalam memandang kegiatan produksi. Bagi seorang muslim tidak hanya melihat manfaat pada dirinya sendiri, namun apakah hal tersebut (berproduksi) mempunyai nilai guna bagi yang lain, dan terdapat unsur maslahah atau tidak. Karena hal ini dipandang dari tanggung jawab manusia terhadap dirinya, lingkungan sosialnya, dan serta tanggung jawabnya terhadap Allah swt. Tujuan seorang muslim tidak hanya bersifat sementara (duniawi) tetapi sifatnya juga lebih jauh ke depan, yaitu pencapaian kesejahteraan ukhrawi .

Dan begitu juga dalam berproduksi islam tidak hanya menganjurkan hal-hal yang bersifat halal, tetapi juga harus mengandung nilai yang baik (thoyyib).


 
DAFTAR PUSTAKA
http://zonaekis.com/                        

2 komentar:

  1. terima kasih masukannya,,,
    semoga bermanfaat dan selalu berbagi

    BalasHapus
  2. kita juga punya nih artikel mengenai 'Biaya Produksi', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6236/1/JURNAL.pdf
    trimakasih
    semoga bermanfaat

    BalasHapus