3/19/2012

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia dan Ejaannya


Bahasa indonesia berasal dari bahasa Austronesia. Bangsa Austronesia berasal dari daerah Tiongkok yang berimigrasi ke pulau Taiwan. Dan bahasa Austronesia yang banyak digunakan adalah bahasa jawa, bahasa melayu (yang kini menjadi bahasa Indonesia), bahasa sunda, bahasa madura, bahasa Aceh, bahasa Batak, dan bahasa Bali.
Bahasa Melayu kuno gemilang pada abad ke-7 hingga ke-13 pada zaman kerajaan Sriwijaya. Banyak ditemukan prasasti-prasasti kuno yang tertulis dengan huruf Palawa. Digunakannya bahasa melayu sebagai bahasa resmi karena digunakan sebagai bahasa resmi kerajaan, juga bahasa yang digunakan dalam perdagangan. Selain itu, bahasa melayu mudah dipelajari karena tdak ada tingkatan bahasa, dan banyak dipengaruhi oleh bahasa sansekerta.

Bahasa melayu kuno digantikan dengan bahasa melayu klasik karena pengaruh agama Islam. Ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang tertulis dengan prosa melayu, juga arab melayu. Kemudian pada abad XIX dimulailah zaman bahasa melayu modern yang digunakan dalam berbagai aspek. Tapi setelah perang dunia II, Inggris mengubahnya dengan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Akta bahasa kebangsaan 1963/1967 menetapkan bahasa melayu sebagai bahasa resmi negara. Bahasa melayu digunakan sebagai bahasa nasional adalah atas usulan Muhammad Yamin yang kemudian diakui pada saat sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928. Namun bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa negara tanggal 18 Agustus 1945 setelah kemerdekaan.
Kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa Nasional seperti dalam ikrar sumpah pemuda sebagai alat pemersatu bangsa dalam suku yang berbeda-beda, dan bahasa negara yang tercantum dalam UUD ’45 terutama sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan.
Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, begitupun bahasa yang terus mengalami perubahan dan perkembangan ragam dan variasi bahasa karena fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Mulanya bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda. Hingga pada 1972 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan.
Peran bahasa bagi bangsa Indonesia sangat penting. Yang pasti untuk bepikir. Dengan bahasa manusia bisa menyampaikan penalaran dan pemikiran mereka. Bahasa juga sebagai alat pewaris kebudayaan masyarakat kepada generasi-generasi selanjutnya. Pengembangan dan pembinaan bahasa indonesi dapat melalui berbagai bidang, antaranya: bidang pendidikan, bidang komunikasi, kesenian, juga pada bidang ilmu dan teknologi.
Ada 4 periode masa yang mempengaruhi perubahan ejaan bahasa. (1)zaman Hindu, (2)zaman Islam, (3)zaman kolonial, (4)zaman pasca kolonialisme.
Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa lisan terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara digunakan huruf arab untuk menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen.
 pertama kali digunakan setelah merdeka. Berlakulah ejaan ini pada 16 agustus 1972. Pada 12 Oktober 1972, diterbitkannya pedoman ejaan yang direvisi kembali tahun 1987.
Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal berikut:
A.      Pemakaian Huruf
Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad dan ada juga penggabungan untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau penggabungan khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis dimana hanya ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris yang satu lambang memiliki beberapa bunyi.
Karena bahasa Indonesia menggunakan satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal singkatan dan kata mengikuti bunyi nama huruf secara konsisten, seperti: bus(dibaca:bus)
Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata), (1)menggunakan tanda hubung, (2)tidak memenggal kata dengan garis bawah, (3)hindari penggalan satu huruf. Begitupun dengan nama orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan nama pertama dan nama kedua.
Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku.

B.      Penulisan Huruf
Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
Huruf kapital digunakan sebagai:
-huruf pertama awal kalimat
-huruf pertama petikan langsung
-huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan
-huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang
-huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.
-huruf pertama nama orang
-huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa
-huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
-huruf pertama nama khas geografi
-huruf pertama nama lembaga resmi atau badan dan dokumen resmi
-huruf pertama semua kata dalam nama buku, majalah, surat kabar, kecuali partikel di, ke, yang, dari, yang tidak terletak di awal kalimat
-huruf pertama dalam singkatan nama, gelar, sapaan.
-huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang dipakai sebagai kata ganti.
Huruf miring digunakan untuk:
-menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan
-menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata
-menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.

C.      Penulisan Kata
Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Penulisan kata turunan:
-imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar
-kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya.
-kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata tersebut
-kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi:
Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka antara keduanya diberi tanda hubung.
Jika jika kata maha diikuti kata esa dan selainkata dasar sebagai unsur gabungan, maka ditulis terpisah.
Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung.
Penulisan gabungan kata:
-kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
-istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi tanda hubung.
-kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.
Penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Kata si dan sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Penulisan partikel:
-partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
-partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah.
Penulisan singkatan dan Akronim:
-singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
-singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP.
-singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik, misalnya:dkk.
-singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
- akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan hruruf kapital.
-akronim yang berupa gabungan kata atau huruf dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital, misalnya: Angkatan Bersenjata RI (Akabri).
-akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan angka lambang bilangan:
-Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
-angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan waktu, mata uang, nomor jalan.
-penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan)
-penulisan kata bilangan tingkat
-penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan angka atau dengan ejaan.
-Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca, kecuali dalam dokumen resmi.
-bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf sekaligus kecuali pada dokumen resmi.
-bilangan yang dilambangkan dengan kata dan huruf, penulisannya harus tepat.
D.     Penulisan Unsur Serapan
Bahsa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dan relatif konsisten. Untuk  menyerap bahasa arab, kita harus memperhatikan:
-unsur mad (panjang) ditiadakan.
-konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi dengan fonem yang berdekatan dengan fonem bahasa indonesia baik lafal maupun ejaannya, seperti: rizq(rezeki).
Jika tidak, maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.
E.      Pemakaian Tanda Baca
Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat membantu orang dalam memahami bacaan.
1. Titik digunakan:
-pada akhir kalimat.
-pada singkatan nama orang.
-pada singkatan kata/ungkapan yang sudah sangat umum.
-untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik untuk menunjukkan waktu dan jangka waktu.
-Pada singkatan gelar, pangkat, jabatan.
2. Titiik tidak dipakai:
-untuk memisahkan angka ribuan, jutaan dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
-pada singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata , suku kata atau gabungan keduanya
-dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, timbangan dan mata uang.
Pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, tabel, dan sebagainya.
-dibelakang alamat, tanggal surat pengirim dan penerima surat.
3. Koma digunakan:
-diantara unsur-unsur dalam suatu pemerian
-untuk memisahkan bagian kalimat setara yang menggunakan tetapi dan melainkan
-untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak kalimat lebih dulu.
-di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat dala posisi awal, seperti: sebelum itu, kami tertidur.
-di belakang kata seru pada posisi awal.
-untuk memisahkan petikan langsung dalam kalimat
-di antaraunsur-unsur alamat yang ditulis berurutan.
-dalam penulisan nama dalam daftar pustaka.
-sebagai pemisah bagian-bagian pada catatan kaki.
-Untuk membedakan singkatan nama gelar dengan singkatan nama marga.
-pada angka desimal dan antara rupiah dan sen.
-untuk mengapit keterangan tambahan  dan keterangan aposisi, misalnya: dosen kami, Pak Mustofa, sering berceramah di masjid.
4. Koma tidak digunakan untuk:
-pemisahan kutipan langsung yang berakhir dengan tanda tanya atau seru.
5. Titik koma (;) digunakan untuk:
-memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara
6. Titik dua (:) digunakan untuk:
-Pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian pemerian.
-sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
-dalam teks drama sesudah kata pelaku percakapan
-diantara jilid atau nomor dan halaman, antara bab dan dan ayat dalam kitab suci.
7. Tanda hubung digunakan untuk:
-menyambung suku-suku kata yang terpisah karena pergantian baris
-menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya.
-menyambung kata ulang
-menyambung huruf kata yang dieja.
-untuk memperjelas bagian –bagian ungkapan, misalnya: ber-evolusi
-merangkai se- dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, kapital dengan imbuha.
-merangkai unsur bahasa indonesia dengan unsur bahas asing.
8. Tanda pisah digunakan untuk:
-membataasi penyisipan penjelasan kata atau kalimat.
-menegaskan adanya aposisi.
-memberi arti sampai dengan antara bilangan atau tanggal, dan arti ke atau sampai antara dua tempat.
9. Tanda elipsis (...) digunakan untuk:
-menggambarkan kalimat yang terputus-putus
-menunjukkan bagian yang hilang dalam suatu petikan.
-meminta untuk diisi.
10. Tanda tanya (?) digunakan untuk:
-pada akhir kalimat tanya.
-di antara tanda kurung untuk menyatakan kurang validnya data.
11. Tanda seru (!) digunakan  untuk:
-sesudah ungkapan seru
12. Tanda kurung () digunakan untuk:
-mengapit keterangan atau penjelasan.
-mengapit penjelasan yang bukan bagian integal dalam pembicaraan
13. Tanda garis miring digunakan untuk:
-dalam penomoran kode surat dan nomor pada alamat.
-pengganti kata atau, per,atau tiap
14. Tanda petik ganda (“...”)
-mengapit petikan langsung
-mengapit judul syair, karangan dan buku.
-mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung
-mengapit istilah ilmiyah yang kurang dikenal atau kata yang memilikiarti khusus.
-sebagai penutup kalimat atau ungkapan yang digunakan ssebagai arti khusus.
15. Tanda petik tunggal (‘...’)
-mengapit petikan dalam petikan
-mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing, misalnya: al-tarbiyah Islamiyah
Disiplin Berbahasa Indonesia karya: Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A

0 komentar:

Posting Komentar