Bahasa indonesia berasal dari bahasa Austronesia. Bangsa Austronesia
berasal dari daerah Tiongkok yang berimigrasi ke pulau Taiwan. Dan bahasa
Austronesia yang banyak digunakan adalah bahasa jawa, bahasa melayu (yang kini
menjadi bahasa Indonesia), bahasa sunda, bahasa madura, bahasa Aceh, bahasa
Batak, dan bahasa Bali.
Bahasa Melayu kuno gemilang pada abad ke-7 hingga ke-13 pada zaman kerajaan
Sriwijaya. Banyak ditemukan prasasti-prasasti kuno yang tertulis dengan huruf
Palawa. Digunakannya bahasa melayu sebagai bahasa resmi karena digunakan
sebagai bahasa resmi kerajaan, juga bahasa yang digunakan dalam perdagangan. Selain
itu, bahasa melayu mudah dipelajari karena tdak ada tingkatan bahasa, dan
banyak dipengaruhi oleh bahasa sansekerta.
Bahasa melayu kuno digantikan dengan bahasa melayu klasik karena pengaruh
agama Islam. Ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang tertulis dengan prosa
melayu, juga arab melayu. Kemudian pada abad XIX dimulailah zaman bahasa melayu
modern yang digunakan dalam berbagai aspek. Tapi setelah perang dunia II,
Inggris mengubahnya dengan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Akta bahasa kebangsaan 1963/1967 menetapkan bahasa melayu sebagai bahasa
resmi negara. Bahasa melayu digunakan sebagai bahasa nasional adalah
atas usulan Muhammad Yamin yang kemudian diakui pada saat sumpah pemuda tanggal
28 oktober 1928. Namun bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa negara tanggal 18
Agustus 1945 setelah kemerdekaan.
Kedudukan bahasa Indonesia yaitu
sebagai bahasa Nasional seperti dalam ikrar sumpah pemuda sebagai alat
pemersatu bangsa dalam suku yang berbeda-beda, dan bahasa negara yang tercantum
dalam UUD ’45 terutama sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan.
Namun seiring berjalannya waktu
dan berkembangnya zaman, begitupun bahasa yang terus mengalami perubahan dan
perkembangan ragam dan variasi bahasa karena fungsi, kedudukan, serta
lingkungan yang berbeda-beda. Mulanya
bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda.
Hingga pada 1972 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan.
Peran bahasa bagi bangsa
Indonesia sangat penting. Yang pasti untuk bepikir. Dengan bahasa manusia bisa
menyampaikan penalaran dan pemikiran mereka. Bahasa juga sebagai alat pewaris
kebudayaan masyarakat kepada generasi-generasi selanjutnya. Pengembangan dan
pembinaan bahasa indonesi dapat melalui berbagai bidang, antaranya: bidang
pendidikan, bidang komunikasi, kesenian, juga pada bidang ilmu dan teknologi.
Ada 4 periode masa yang mempengaruhi perubahan ejaan bahasa. (1)zaman
Hindu, (2)zaman Islam, (3)zaman kolonial, (4)zaman pasca kolonialisme.
Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang
mendapat akhiran –an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka
turunan dari bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa
lisan terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di
Nusantara digunakan huruf arab untuk menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama
kali penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan
Van Ophuijsen.
pertama kali digunakan setelah
merdeka. Berlakulah ejaan ini pada 16 agustus 1972. Pada 12 Oktober 1972,
diterbitkannya pedoman ejaan yang direvisi kembali tahun 1987.
Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal berikut:
A.
Pemakaian Huruf
Nama huruf
bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad dan ada juga
penggabungan untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau penggabungan
khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis dimana
hanya ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris yang satu
lambang memiliki beberapa bunyi.
Karena
bahasa Indonesia menggunakan satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal singkatan
dan kata mengikuti bunyi nama huruf secara konsisten, seperti: bus(dibaca:bus)
Yang harus
diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata), (1)menggunakan tanda hubung,
(2)tidak memenggal kata dengan garis bawah, (3)hindari penggalan satu huruf.
Begitupun dengan nama orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan nama pertama
dan nama kedua.
Penulisan
nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku.
B.
Penulisan Huruf
Huruf terdiri dari: huruf
kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
Huruf kapital digunakan sebagai:
-huruf pertama awal kalimat
-huruf pertama petikan
langsung
-huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan
-huruf pertama gelar
kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang
-huruf pertama nama jabatan
atau pangkat yang diikuti nama orang.
-huruf pertama nama orang
-huruf pertama nama bangsa,
suku dan bahasa
-huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
-huruf pertama nama khas
geografi
-huruf pertama nama lembaga
resmi atau badan dan dokumen resmi
-huruf pertama semua kata
dalam nama buku, majalah, surat kabar, kecuali partikel di, ke, yang, dari,
yang tidak terletak di awal kalimat
-huruf pertama dalam singkatan
nama, gelar, sapaan.
-huruf pertama hubungan
kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang dipakai sebagai kata ganti.
Huruf miring digunakan untuk:
-menulis nama buku, majalah
yang dikutip dari karangan
-menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, atau kelompok kata
-menuliskan nama ilmiyah atau
ungkapan asing.
C.
Penulisan Kata
Penulisan kata dasar ditulis
sebagai satu kesatuan
Penulisan kata turunan:
-imbuhan ditulis serangkai
dengan kata dasar
-kalau gabungan kata, awalan
atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya.
-kalau gabungan kata, awalan
dan akhiran ditulis serangkai dengan kata tersebut
-kalau salah satu unsur
gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi:
Jika bentuk terikat diikuti
kata berhuruf awal kapital, maka antara keduanya diberi tanda hubung.
Jika jika kata maha diikuti
kata esa dan selainkata dasar sebagai unsur gabungan, maka ditulis terpisah.
Bentuk kata ulang ditulis
secara lengkap dengan menggunakan kata hubung.
Penulisan gabungan kata:
-kata majemuk, istilah khusus,
bagian-bagiannya ditulis terpisah.
-istilah khusus yang mungkin
akan menimbulkan salah baca diberi tanda hubung.
-kata yang dianggap sudah satu
ditulis serangkai.
Penulisan kata ganti ku, mu,
kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Kata depan di, ke, dan dari
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Kata si dan sang ditulis
terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Penulisan partikel:
-partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya.
-partikel per yang
berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah.
Penulisan singkatan dan Akronim:
-singkatan nama orang, nama
gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
-singkatan nama resmi lembaga
dan nama dokumen resmi , huruf awal ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik, misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP.
-singkatan umum yang terdiri
atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik, misalnya:dkk.
-singkatan lambang kimia,
singkatan satuan ukuran, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
- akronim nama diri yang
berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan hruruf
kapital.
-akronim yang berupa gabungan
kata atau huruf dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital,
misalnya: Angkatan Bersenjata RI (Akabri).
-akronim yang bukan nama diri
berupa gabungan kata atau huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya
ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan angka lambang
bilangan:
-Angka dipakai untuk
menyatakan lambang bilangan atau nomor.
-angka digunakan untuk
menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan waktu, mata uang, nomor jalan.
-penulisan lambang bilangan,
misalnya: 3/8(tiga perdelapan)
-penulisan kata bilangan
tingkat
-penulisan kata bilangan yang
mendapat akhiran –an ditulis dengan angka atau dengan ejaan.
-Angka yang menunjukkan
bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca, kecuali
dalam dokumen resmi.
-bilangan tidak perlu ditulis
angka dan huruf sekaligus kecuali pada dokumen resmi.
-bilangan yang dilambangkan
dengan kata dan huruf, penulisannya harus tepat.
D.
Penulisan Unsur Serapan
Bahsa arab sebenarnya sudah
banyak yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dan relatif konsisten. Untuk menyerap bahasa arab, kita harus
memperhatikan:
-unsur mad (panjang)
ditiadakan.
-konsonan yang tidak ada dalam
bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi dengan fonem yang berdekatan dengan fonem
bahasa indonesia baik lafal maupun ejaannya, seperti: rizq(rezeki).
Jika tidak, maka tulislah
sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.
E.
Pemakaian Tanda Baca
Orang sering mengabaikan tanda
baca yang sebenarnya sangat membantu orang dalam memahami bacaan.
1. Titik digunakan:
-pada akhir kalimat.
-pada singkatan nama orang.
-pada singkatan kata/ungkapan
yang sudah sangat umum.
-untuk memisahkan angka jam,
menit, dan detik untuk menunjukkan waktu dan jangka waktu.
-Pada singkatan gelar,
pangkat, jabatan.
2. Titiik tidak dipakai:
-untuk memisahkan angka
ribuan, jutaan dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
-pada singkatan yang terdiri
dari huruf-huruf awal kata , suku kata atau gabungan keduanya
-dalam singkatan lambang
kimia, satuan ukuran, timbangan dan mata uang.
Pada akhir judul yang
merupakan kepala karangan, tabel, dan sebagainya.
-dibelakang alamat, tanggal
surat pengirim dan penerima surat.
3. Koma digunakan:
-diantara unsur-unsur dalam
suatu pemerian
-untuk memisahkan bagian
kalimat setara yang menggunakan tetapi dan melainkan
-untuk memisahkan anak kalimat
dengan induk kalimat jika anak kalimat lebih dulu.
-di belakang kata atau
ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat dala posisi awal, seperti:
sebelum itu, kami tertidur.
-di belakang kata seru pada
posisi awal.
-untuk memisahkan petikan
langsung dalam kalimat
-di antaraunsur-unsur alamat
yang ditulis berurutan.
-dalam penulisan nama dalam
daftar pustaka.
-sebagai pemisah bagian-bagian
pada catatan kaki.
-Untuk membedakan singkatan
nama gelar dengan singkatan nama marga.
-pada angka desimal dan antara
rupiah dan sen.
-untuk mengapit keterangan
tambahan dan keterangan aposisi,
misalnya: dosen kami, Pak Mustofa, sering berceramah di masjid.
4. Koma tidak digunakan untuk:
-pemisahan kutipan langsung
yang berakhir dengan tanda tanya atau seru.
5. Titik koma (;) digunakan
untuk:
-memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara
6. Titik dua (:) digunakan
untuk:
-Pada akhir suatu pernyataan
lengkap yang diikuti rangkaian pemerian.
-sesudah kata atau ungkapan
yang memerlukan pemerian
-dalam teks drama sesudah kata
pelaku percakapan
-diantara jilid atau nomor dan
halaman, antara bab dan dan ayat dalam kitab suci.
7. Tanda hubung digunakan untuk:
-menyambung suku-suku kata
yang terpisah karena pergantian baris
-menyambung awalan dengan
bagian kata di belakangnya.
-menyambung kata ulang
-menyambung huruf kata yang
dieja.
-untuk memperjelas bagian
–bagian ungkapan, misalnya: ber-evolusi
-merangkai se- dengan huruf
kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, kapital dengan imbuha.
-merangkai unsur bahasa
indonesia dengan unsur bahas asing.
8. Tanda pisah digunakan
untuk:
-membataasi penyisipan
penjelasan kata atau kalimat.
-menegaskan adanya aposisi.
-memberi arti sampai dengan
antara bilangan atau tanggal, dan arti ke atau sampai antara dua
tempat.
9. Tanda elipsis (...)
digunakan untuk:
-menggambarkan kalimat yang
terputus-putus
-menunjukkan bagian yang
hilang dalam suatu petikan.
-meminta untuk diisi.
10. Tanda tanya (?) digunakan
untuk:
-pada akhir kalimat tanya.
-di antara tanda kurung untuk
menyatakan kurang validnya data.
11. Tanda seru (!)
digunakan untuk:
-sesudah ungkapan seru
12. Tanda kurung () digunakan
untuk:
-mengapit keterangan atau
penjelasan.
-mengapit penjelasan yang
bukan bagian integal dalam pembicaraan
13. Tanda garis miring
digunakan untuk:
-dalam penomoran kode surat
dan nomor pada alamat.
-pengganti kata atau, per,atau
tiap
14. Tanda petik ganda (“...”)
-mengapit petikan langsung
-mengapit judul syair,
karangan dan buku.
-mengikuti tanda baca yang
mengakhiri petikan langsung
-mengapit istilah ilmiyah yang
kurang dikenal atau kata yang memilikiarti khusus.
-sebagai penutup kalimat atau
ungkapan yang digunakan ssebagai arti khusus.
15. Tanda petik tunggal
(‘...’)
-mengapit petikan dalam
petikan
-mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan asing, misalnya: al-tarbiyah Islamiyah
Disiplin
Berbahasa Indonesia
karya: Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia dan Ejaannya