Niat beli kado untuk adik
tercinta membuatku dapat mendayung 2 pulau hari ini. Hendak cari buku referensi
atau apapun yang menyangkut wakaf, tapi tak dijumpa. Banyak banget niatnya ya? Hehe. Mataku terikat pada sebuah buku
yang judulnya tak asing lagi kudengar sejak sebulan yang lalu. “Credit Union”
atau biasa disingkat “CU”. Mumpung ada waktu, ku niatkan membaca buku itu untuk
menghabiskan waktu di gramedia kali ini, pikirku.
Sejarah yang dipaparkan sangat
panjang, dan kalo itu diceritakan kembali akan bertambah banyak lagi goresan
yang harus dibaca. CU berawal dari pejabat negeri Jerman yang ingin menolong
finansial para petani. Mungkin bisa disamakan seperti koperasi petani kalau
saat ini. Tapi ada beberapa perbedaan CU dengan koperasi-koperasi biasanya yang
menurut penulis menarik untuk dibahas.
Ketika ditanya berapa jumlah gaji
yang didapat selama menjabat sebagai direktur, dia menjawab,”saya tidak digaji”.
Siapapun yang baru mendengarnya, tidak normal jika tidak kaget, haha. Semua jajaran pengurus CU dari
yang paling atas sampai yang terbawah tidak menerima gaji sepeserpun, kecuali
ketika ada kegiatan yang melibatkan mereka secara pribadi. Bagaimana pola pikir
mereka sebenarnya?
Mereka biasa menyebut nasabah
dengan sebutan “anggota”. Karena mereka bukan hanya penikmat/pengguna yang
kerap disebut nasabah, tapi mereka juga pemilik atau pemegang saham CU. Berbeda
dengan pemegang saham di lembaga keuangan komersil yang memiliki hak suara sebesar
saham yang dimiliki, disini bersifat demokratis. Tidak pandang berapa jumlah
uang yang ditabung atau dipinjam, setiap anggota mempunyai satu suara. Dan
siapapun yang kompeten berhak menjadi pengurus.
Yang berhak menjadi pengurus
hanyalah orang-orang yang kompeten. Karena mereka yakin, ketika tanggungjawab
itu diberikan bukan kepada ahlinya maka semua akan hancur (sama dengan kita
yang diajarkan untuk menempatkan amanah kepada ahlinya). Tidak mungkin tidak
kompeten karena mereka semua para praktisi. Mereka juga para anggota yang ingin
menolong diri sendiri (self help) dan
bergotong royong (mutual aid)
menolong orang lain. Mereka memiliki komitmen yang tinggi atas kepercayaan yang
diberikan sebagai pengurus CU. Bagi mereka itu merupakan suatu penghormatan, dan
kehormatan tidak bisa dinilai dengan uang, subhanallah!
Jika lembaga keuangan
konvensional mencari keuntungan sebanyak-banyaknya untuk dibagikan kepada para
pemegang saham demi menjaga loyalitas investor, berbeda dengan CU yang
berpedoman “not for charity, not for
profit, but for service”. Mencari keuntungan sebanyak-banyaknya untuk
dibagikan kepada para investor yang tak lain adalah anggota CU sendiri. Bunga
pinjaman yang rendah dengan keuntungan yang tinggi akan mempercepat para
penumpang sampai ke tujuannya, yaitu kesejahteraan.
Kenyamanan dan keamanan anggota
menjadi tanggungjawab bersama. Dibuktikan dengan anggota yang dibatasi wilayah
tempat tinggal atau jenis pekerjaan sehingga mudah dijangkau pengawasan dan
penjagaan. Tidak hanya itu, para anggota juga diberikan pendidikan tentang
pengelolaan keuangan, menanamkan cara hidup hemat atau bagaimana sebaiknya
mengatur keuangan bulanan. Penulis merasa itu penting, karena selain dapat
membuka pikiran juga memperakrab hubungan antar anggota.
Minim publikasi, kaya prestasi.
Itulah yang CU lakukan hingga kini. Berbalik dengan beberapa koperasi lainnya
yang kaya publikasi tapi minim prestasi. Kemacetan prestasi ini dianggap karena
mereka memberikan tanggungjawab kepada orang yang salah. Sehingga menyalahgunakan
kekuasaan, melupakan tujuan, sosial terabaikan.
Satu lagi. Mereka sudah
mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan yang kelak akan menggantikan
pemimpin-pemimpin mereka saat ini, (Hebat
kan?) dengan rencana suksesi. Seluruh peserta diseleksi dan diberi
pelatihan untuk menjadi pemimpin yang tangguh dan cakap dalam bertindak.
Lagi-lagi anggapan mereka bahwa tidak mungkin membawa orang yang baru bisa
mengendarai sepeda motor ke jalan raya itu benar, semua butuh persiapan.
Tidak pernah terbesit niat apapun
selain ingin memberikan pandangan dan pemikiran baru bagi para pembaca. Jika
kita para praktisi koperasi manapun untuk tidak melupaka sisi sosial yang
ditekankan di dalamnya. Terus belajar dari yang lebih baik. Mencari teori-
teori berdasarkan fakta yang terjadi bagi kita para akademisi. Indah berbagi
dalam kebaikan semoga menjadikan kita manusia yang senantiasa bersyukur dengan
apa yang kita punya dan tidak merasa butuh dengan suatu yang tak kekal.
CREDIT UNION vs LKM