4/14/2014

KUE TRADISIONAL YANG MENJADI KEBUTUHAN


Ciputat adalah daerah tempat kampus megah berdiri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tempat mahasiswa berlalu lalang memenuhi kebutuhan pendidikannya, dosen menunaikan kewajibannya sebagai pahlawan bangsa, dan staff pegawai yang melengkapi kesempurnaan kinerja. Di sisi lain, tukang fotokopi berkecamuk dengan tumpukan kertas, warung makan kewalahan saat jam makan siang, warung minum terasa segar saat panas menyengat, toko klontong, juga toko baju memudahkan siapapun mendapatkan yang diinginkannya. Itu hanya potret kecil lingkungan kampus. Salah satu lingkungan yang strategis bagi para pembisnis dan pengusaha. Namun bisnis dan usaha yang ditunjuk haruslah halal dan tidak dzalim. Uang yang kini menjadi parameter kebahagiaan, membuat semua orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Sampai orang tua pun rela menyuruh anaknya putus sekolah  untuk mengamen demi merajai kebahagian semu itu.
Gadis kecil berusia tidak lebih dari 8 tahun disuruh oleh ibunya keliling-keliling lingkungan kampus dengan membawa botol berisi beras yang digunakan sebagai alat musik saat mengamen. Rasa penasaran akhirnya berujung pada obrolan antara gadis kecil itu dengan penulis.   Ibu menyuruhnya mencari uang dengan menjadi pengamen di sekitar kampus. Dengan bekal alat musik sederhana, anak itu bisa menghasilkan uang sampai 100 ribu per hari! melebihi jumlah kebutuhan mahasiswa dalam sehari. Belum lagi peminta-minta yang berkeliaran menempati pos-pos strategis menurut mereka untuk siap menengadahkan tangan, padahal beberapa diantara mereka masih kuat bekerja. Karena dirasa meminta-minta lebih menguntungkan, membuat kemalasan tambah merajalela.
Padahal sudah banyak program-program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan #DompetDhuafa, salah satunya program pemberdayaan pelaku  usaha mikro  makanan jajanan yang rentan penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya dan pemberdayaan kelompok pengusaha mikro makanan jajanan sehat Jakarta. Sebagai lembaga kemasyarakatan, tidak ada tujuan lain kecuali pemberdayaan menuju kesejahteraan. Semua program yang disusun tidak lain demi menyusutkan kesenjangan yang terjadi di negeri tercinta, Indonesia, menuju #IndonesiaMoveOn. Tidak lagi menunggu kepedulian semu para pemangku kebijakan, tapi bergerak melakukan perubahan bersama orang-orang yang peduli. Program ini ditujukan kepada masyarakat urban, yaitu masyarakat desa yang datang ke kota untuk mencari pekerjaan demi memenuhi kebutuhan keluarga karena di kota dianggap lebih mudah mendapatkan penghasilan.

Dengan program jajanan sehat ini, penulis berharap bisa tercipta lapangan usaha baru bagi para ibu-ibu yang mungkin kini hanya sibuk berkutat dengan pekerjaan rumah tanpa pemasukan di pagi hari dan menunggu hasil kerja suaminya di sore hari. Ibu sejatinya tidak memiliki kewajiban mencari nafkah, tapi alangkah indahnya jika suami-istri bisa saling bahu membahu dalam memenuhi kebutuhan keluarga yang memang kurang dari segi penghasilan.
Untuk menambah inovasi program jajanan sehat #DompetDhuafa, penulis mengimpikan adanya toko kue tradisional “TRADISI (misalnya)”. Toko yang menjual kue-kue tradisional yang sehat, enak, dan unik. #DompetDhuafa tidak usah bingung siapa yang akan menjadi pemasok, karena ibu-ibu banyak yang bisa diberdayakan dan mereka akan senang jika diminta mengirimkan kuenya ke toko “TRADISI” untuk dijual.
Agenda acara kampus yang seakan tiada henti, memaksa panitia untuk mempersiapkan konsumsi bagi undangan maupun peserta. Dekat dan mudah diakses, kue-kue tradisional basah yang selalu menjadi pilihan, yang sehat dan alami, tekstur yang menarik, dengan harga sesuai kualitas menjadi alasan utama datangnya pelanggan. Dalam hal ini #DompetDhuafa dapat memberdayakan tenaga ibu-ibu yang menganggur dan tinggal di sekitar kampus sebagai penyuplai kue-kue basah di toko kue “TRADISI” yang disponsori oleh #DompetDhuafa, bisa juga bekerjasama dengan faktor-faktor produksi kue dan roti, misalnya tepung Bogasari, Blueband, dll. Walaupun untung sedikit, tapi jumlah pesanan banyak, maka akan lebih memberdayakan dan berkah.
Dalam bisnis, menurut Dirut Bank BJB Syariah, Riawan Amin, harus memperhatikan 4P (Product, Place, Price, and Promotion). Produk berkualitas menjadi harga mati, tempat yang strategis memudahkan akses, Harga sesuai menjadi pertimbangan, dan promosi yang masif dan kreatif menarik orang untuk datang. Pendapat ini sangat cocok diaplikasikan dalam berbagai usaha bisnis, termasuk usaha memberdayakan ibu-ibu rumah tangga untuk membantu manambah penghasilan suami. Diberdayakan dan memberdayakan untuk melangkah menjadi lebih baik mencapai #IndonesiaMoveOn.
Untuk misi selanjutnya, masih jarang ditemukan toko kue tradisional yang memiliki manajemen seperti toko roti zaman sekarang. Dengan tetap memberdayakan kaum dhuafa, bertujuankan kesejahteraan dan problem kesenjangan, demi #IndonesiaMoveOn, juga akan mengharumkan #DompetDhuafa untuk semakin dicinta dan dipercaya masyarakat. 

Terima kasih sudah membaca tulisanku, Komentarmu ku tunggu
Kunjungi blog pribadiku juga yaa... www.mahrun-ali.blogspot.com

9 komentar:

  1. semoga dompet dhuafa bisa memberdayakan lebih banyak lagi ibu - ibu

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiin, dan semoga semakin banyak orang kaya yang menyadari hak-hak kaum dhuafa darinya

      Hapus
  2. ada beberapa kata yang agak rancu, contohnya PEMBISNIS, PARA IBU-IBU, BERTUJUANKAN

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih masukannya....
      selalu belajar menjadi lebih baik

      Hapus
  3. Klimaksnya dapet kok, fine articel :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. mkasih adekku....
      apa kbar kamu?? lama tak jumpaa

      Hapus
  4. Menarik, kadang kita lupa ya pada yang sangat dekat dengan diri kita sendiri :)

    BalasHapus