Ciputat adalah daerah tempat kampus megah berdiri, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tempat mahasiswa berlalu lalang memenuhi kebutuhan
pendidikannya, dosen menunaikan kewajibannya sebagai pahlawan bangsa, dan staff
pegawai yang melengkapi kesempurnaan kinerja. Di sisi lain, tukang fotokopi
berkecamuk dengan tumpukan kertas, warung makan kewalahan saat jam makan siang,
warung minum terasa segar saat panas menyengat, toko klontong, juga toko baju
memudahkan siapapun mendapatkan yang diinginkannya. Itu hanya potret kecil
lingkungan kampus. Salah satu lingkungan yang strategis bagi para pembisnis dan
pengusaha. Namun bisnis dan usaha yang ditunjuk haruslah halal dan tidak
dzalim. Uang yang kini menjadi parameter kebahagiaan, membuat semua orang
menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Sampai orang tua pun rela
menyuruh anaknya putus sekolah untuk
mengamen demi merajai kebahagian semu itu.
Gadis kecil berusia tidak lebih dari 8 tahun disuruh oleh ibunya
keliling-keliling lingkungan kampus dengan membawa botol berisi beras yang
digunakan sebagai alat musik saat mengamen. Rasa penasaran akhirnya berujung
pada obrolan antara gadis kecil itu dengan penulis. Ibu menyuruhnya
mencari uang dengan menjadi pengamen di sekitar kampus. Dengan bekal alat musik
sederhana, anak itu bisa menghasilkan uang sampai 100 ribu per hari! melebihi
jumlah kebutuhan mahasiswa dalam sehari. Belum lagi peminta-minta yang
berkeliaran menempati pos-pos strategis menurut mereka untuk siap menengadahkan
tangan, padahal beberapa diantara mereka masih kuat bekerja. Karena dirasa meminta-minta
lebih menguntungkan, membuat kemalasan tambah merajalela.
Padahal sudah banyak program-program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan #DompetDhuafa, salah satunya program pemberdayaan pelaku usaha
mikro makanan jajanan yang rentan penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
berbahaya dan pemberdayaan kelompok pengusaha mikro makanan jajanan sehat
Jakarta. Sebagai lembaga kemasyarakatan, tidak ada tujuan lain kecuali
pemberdayaan menuju kesejahteraan. Semua program yang disusun tidak lain demi
menyusutkan kesenjangan yang terjadi di negeri tercinta, Indonesia, menuju
#IndonesiaMoveOn. Tidak lagi menunggu kepedulian semu para pemangku kebijakan,
tapi bergerak melakukan perubahan bersama orang-orang yang peduli. Program ini
ditujukan kepada masyarakat urban, yaitu masyarakat desa yang datang ke kota
untuk mencari pekerjaan demi memenuhi kebutuhan keluarga karena di kota dianggap
lebih mudah mendapatkan penghasilan.
Dengan
program jajanan sehat ini, penulis berharap bisa tercipta lapangan usaha baru
bagi para ibu-ibu yang mungkin kini hanya sibuk berkutat dengan pekerjaan rumah
tanpa pemasukan di pagi hari dan menunggu hasil kerja suaminya di sore hari.
Ibu sejatinya tidak memiliki kewajiban mencari nafkah, tapi alangkah indahnya
jika suami-istri bisa saling bahu membahu dalam memenuhi kebutuhan keluarga
yang memang kurang dari segi penghasilan.
Untuk menambah
inovasi program jajanan sehat #DompetDhuafa, penulis mengimpikan adanya toko
kue tradisional “TRADISI (misalnya)”. Toko yang menjual kue-kue tradisional
yang sehat, enak, dan unik. #DompetDhuafa tidak usah bingung siapa yang akan menjadi
pemasok, karena ibu-ibu banyak yang bisa diberdayakan dan mereka akan senang
jika diminta mengirimkan kuenya ke toko “TRADISI” untuk dijual.
Agenda acara kampus yang seakan tiada henti, memaksa panitia untuk
mempersiapkan konsumsi bagi undangan maupun peserta. Dekat dan mudah diakses,
kue-kue tradisional basah yang selalu menjadi pilihan, yang sehat dan alami, tekstur
yang menarik, dengan harga sesuai kualitas menjadi alasan utama datangnya
pelanggan. Dalam hal ini #DompetDhuafa dapat memberdayakan tenaga ibu-ibu yang
menganggur dan tinggal di sekitar kampus sebagai penyuplai kue-kue basah di
toko kue “TRADISI” yang disponsori oleh #DompetDhuafa, bisa juga bekerjasama
dengan faktor-faktor produksi kue dan roti, misalnya tepung Bogasari, Blueband,
dll. Walaupun untung sedikit, tapi jumlah pesanan banyak, maka akan lebih
memberdayakan dan berkah.
Dalam bisnis, menurut Dirut Bank BJB Syariah, Riawan Amin, harus
memperhatikan 4P (Product, Place, Price, and Promotion). Produk berkualitas
menjadi harga mati, tempat yang strategis memudahkan akses, Harga sesuai
menjadi pertimbangan, dan promosi yang masif dan kreatif menarik orang untuk
datang. Pendapat ini sangat cocok diaplikasikan dalam berbagai usaha bisnis,
termasuk usaha memberdayakan ibu-ibu rumah tangga untuk membantu manambah
penghasilan suami. Diberdayakan dan memberdayakan untuk melangkah menjadi lebih
baik mencapai #IndonesiaMoveOn.
Untuk misi selanjutnya, masih jarang ditemukan toko kue tradisional
yang memiliki manajemen seperti toko roti zaman sekarang. Dengan tetap
memberdayakan kaum dhuafa, bertujuankan kesejahteraan dan problem kesenjangan, demi #IndonesiaMoveOn, juga akan mengharumkan
#DompetDhuafa untuk semakin dicinta dan dipercaya masyarakat.
Terima kasih sudah membaca tulisanku, Komentarmu ku tunggu
Kunjungi blog pribadiku juga yaa... www.mahrun-ali.blogspot.com
semoga dompet dhuafa bisa memberdayakan lebih banyak lagi ibu - ibu
BalasHapusamiin, dan semoga semakin banyak orang kaya yang menyadari hak-hak kaum dhuafa darinya
Hapusada beberapa kata yang agak rancu, contohnya PEMBISNIS, PARA IBU-IBU, BERTUJUANKAN
BalasHapusterima kasih masukannya....
Hapusselalu belajar menjadi lebih baik
Kreatif sekali mbak mahrun! :)
BalasHapusterima kasih....
Hapussemoga berkah,,
Klimaksnya dapet kok, fine articel :-D
BalasHapusmkasih adekku....
Hapusapa kbar kamu?? lama tak jumpaa
Menarik, kadang kita lupa ya pada yang sangat dekat dengan diri kita sendiri :)
BalasHapus